30.7.12

Bulan dan Bintang (cerpen)


Bulan & Bintang
Oleh : Intan Mutiasari

            Bulan dan Bintang, mengisi kekosongan di gelapnya langit malam. Menghiasi indahnya malam dengan cahaya-nya yang terang menderang. Bulan dan Bintang, saling menemani satu sama lain disetiap malam. Baik malam yang dipenuhi oleh jutaan cahaya bintang, sampai langit mendung gelap gulita. Hingga dunia ini tidak berputar kembali.

*

“Bintaaaaaang, gue nebeng dong.” sahut Bulan kepada Bintang dari kejauhan.
“Yaudah cepet naik.” kata Bintang mengiyakan.
            Rumah Bintang yang letaknya berada disamping rumah Bulan, itulah penyebabnya mereka bersahabat semenjak kanak-kanak. Berawal dari keluarga Bintang yang pindahan dari kota lain, yang menempati rumah yang tepat berada disamping rumah Bulan.
“Eh masa ya, cowok gue cuek banget. 3 tahun jadian dianterin pulangnya aja baru 15 kali. Kesel gak sih?!” keluh Bulan kepada Bintang.
“Yailah diitungin amat Lan. Daripada lo marah-marah gak jelas dan gak ada artinya mending kita jalan.” ajak Bintang.
“Yah gak punya uang gue.”
“Iyeee iyeee entar gue traktiiiir. Gue ngerti kali mau lo apaaa.....”
“Asiiiiik!”

*

Happy birthday Bulan. Happy birthday Bulan. Happy birthday, happy birthday, happy birthday Bulaaaaaan. Happy Birthday Bulan sayang, di umur kamu yang ke 16 ini, kamu semakin dewasa, lebih baik dari sebelumnya. Langgeng sama aku ya. Aku sayang kamu Bulaaaaaan. Sayang bangeeeettt. Love you. Maaf ya aku gak bisa dateng kerumah kamu.” suara Rio di seberang telefon.
            Rio, pacar Bulan sedari ia duduk dibangku kelas 9. 2 tahun sudah hubungan mereka terjalin. Memasuki sekolah Menengah Atas yang berbeda, semakin membuat mereka jarang bertemu.
“Terima kasih banyak Rio. Iya aku ngerti kok ehehehe. Aku sayang kamu banget. Miss you so much. Love you too.
            Kalimat itu sebagai kalimat penutup percakapan Bulan dengan Rio. Tak kuasa air mata Bulan pun jatuh perlahan, mengusap senyum ceria Bulan. Mungkin pada malam itu, langit malam merasakan apa yang Bulan rasakan. Bintang yang biasa bertaburan pun hanya terlihat hanya satu, dua, bahkan tiga. Bulan yang biasanya bersinar pun, tak terlihat di langit malam nan mendung itu.
‘Ttttrrrrrrrrtttt’
            Terlalu banyak getaran dari notification yang masuk ke Blackberry putih milik Bulan, untuk mengucapkan selamat Ulangtahun.
“Lan, ke balkon yaaa.” sebuah pesan masuk dari Blackberry Messenger-nya. Yang ternyata pesan itu dari Bintang.
“Ayo Lan, gue di genteng niiih.”
“Iya tunggu yaaaaaaa" balas Bulan sambil berjalan menuju balkon kamarnya.
Surprise!!!! Happy birthday Bulaaaaaan!" teriak Bintang penuh semangat sambil membawa boneka Teddy Bear yang berukuran sebesar dirinya sambil kerepotan.
“Ya ampun Bintang. Makasih banyak yaaaaaa. Heheh.” balas Bulan dengan senyum lesu dari bibir kecilnya.
“Bulan lo kenapa? Kok mata lo sembab gitusih?”
“Ya biasa si Rio gak pernah dateng dan ngasih surprise ke gue selama pacaran. Dia terlalu sibuk ya mungkin. Hahahaha.”
“Yaudah sih lupain aja. Nih boneka buat lu. Jangan dibuka suratnya yaa, sampai kondisi yang mendesak, hehehe.”
“Hahahaha, makasih banyak yaaa Bintang. Iyaaa-iyaaa. Best friend selalu deh kita. Sampai ajal menjemput satu sama lain ahahahah.”
            Senyum Bulan yang hampir sirna itupun muncul kembali.

*
‘Trrrrrttttttttt’ getaran dari Blackberry milik Bulan. Sebuah pesan Blackberry Messenger  dari Rio pun masuk.
“Lan, nanti malem aku kerumah kamu yah. Aku mau ngajak kamu makan malem hehehe.”
            Tak menyadari tingkah lakunya, pipi Bulan pun merah merona dan tersenyum kecil.
‘Trrrrtttttt’
“Lan gak sibuk kan kamu entar malem?” tanya Rio kembali.
“Enggak kok Rio. Aku tunggu yaaaa....” balas Bulan senang hati.

*

            Mentari pun telah hilang, selamat datang kegelapan. Apa yang Bulan tunggu pun datang juga. Setelah menunggu hampir setengah jam diteras rumahnya, sebuah mobil sedan berwarna silver pun datang menghampiri dirinya tepat didepan rumahnya. Dibalik kaca mobil itu terdapat seseorang yang seakan-akan mengisyaratkan agar Bulan masuk ke mobil itu.
“Ulaaan, maafin aku ya soalnya aku lama ehehehe.” ujar Rio.
“Iya gapapa kok.”
By the way, Happy birthday ya Bulan. Kamu tetap selalu bersinar kok dihatikuuuu....”
“Ahahahah Rio emang paling bisa deh kamu. Makasih Rio-kuuu.”
“Hahahahah iyaa.”

*

            Hari kian malam, taburan bintang di langit semakin banyak dan terang. Bulan sabit pun melengkungkan senyuman terbaiknya. Lukisan di langit malam yang indah.
“Eheheheh seneng gak kamu hari ini?” tanya Rio pada Bulan.
“Seneng bangettt Iyo, kapan-kapan lagi yah hahahah.”
“Iyaaa-iyaaa, ohiya ini kado buat kamu. Kado kecil tapi bisa kamu inget selalu.” mengeluarkan sebuah kotak kecil dari balik jaketnya.
“Nih buat kamu, pakai yaaa.” tambah Rio sambil menjulurkan hadiah kepada Bulan.
“Wah............. bagus banget makasih banyak ya Rio.” ucap Bulan dengan terkejut yang tak tersadar ia mencium pipi Rio.
“Eheheh. Biar kamu bisa inget aku terus. Maaf ya aku selalu bikin kamu sedih.”
“Ah enggak kok, siapa yang bilang coba. Terimakasih banyak ya Iyoo buat hari ini. Love you.”
“Iya love you more Ulaaaan.”

*

“Lan kemaren seharian kemana aja? Kok lu gak dateng sih ke acara 40 harian si Bintang? Padahal kan rumah kalian samping-sampingan.” tanya Lusy kebingungan, Lusy adalah salah satu teman sekalasnya Bulan.
“Hah? Sejak kapan Bintang meninggal? Kok gue gak tau?”
“Lan.......wake up! Bintang itu udah meninggal dari sebulan yang lalu! Galau lo itu gak boleh berlarut-larut! Gue tau pasti rasanya sakit kan di selingkuhin? Secara lo udah hampir 3tahun pacaran sama Rio. Tapi lo gaboleh gini terus! Jangan buat rasa kesedihan lo itu buat lo jadi gak waras. Dan sekarang lo udah mulai gak waras Lan!” ucap Lusy yang sudah tak tahan dengan semua tingkah laku Bulan yang langsung meninggalkan Bulan sendirian di Balkon depan kelas.

*

            Bulan tak tau apa yang telah ia lakukan selama ini. Ia menghiraukan semua orang-orang disekitarnya yang menyayangi dirinya dengan tulus. Sampai-sampai ia melupakan sahabatnya sendiri. Ia terdiam sejenak. Ia terus berfikir, berfikir dan memikirkannya seharian penuh. Gue itu bodoh banget. Gumamnya. Kali ini bulan sabit, tak lagi melengkungkan senyuman terbaiknya. Tak ada benda langit yang menghiasi malam itu.

*

            Akhir-akhir ini wajah Bulan yang sering terlihat berbinar-binar pun pudar. Tak ada lagi gelak tawa, senyuman manisnya, semuanya hilang. Ia lebih senang menyendiri dan terdiam. Ia hanya menjawab apa yang teman-temannya tanyakan. Tak seperti biasa, Bulan pulang kerumah lebih awal.

*

            Kemana ya surat dari Bintang? Ia bertanya-tanya kepada hati kecilnya. Oh akhirnya kutemukan surat ini. Perlahan ia membuka surat yang diberikan Bintang kepada Bulan pada ulangtahun Bulan yang lalu.
Dear Bulan,
Happy birthday ya Bulan. Semoga lo suka ya dengan kado yang gue kasih buat lu hehhe. Bulan, kamulah sahabat terbaik ku. Emm sekarang aku kamu aja ya heheheh. Awalnya perasaan ini tak ada. Akan tetapi aku tak bisa menutupinya lebih lama lagi. Karena perasaan ini seakan-akan membuat ku tak dapat bernapas bila ku tahan ini lebih lama lagi. Sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga baunya. Bulan aku suka kamu, akan tetapi aku sadar, Rio lah segalanya untukmu. Bulan, aku sayang kamu, tapi aku yakin Kamu lebih sayang Rio daripada aku. Karena Rio-lah pacarmu. Bukan aku. Dan aku yakin, menurutmu kita hanya teman. Bukan lebih. Bulan, kata dokter hidupku tak akan lama lagi. Aku memiliki penyakit jantung yang tak dapat dijelaskan dokter. Aku takut bilang ini padamu karena aku tak mau dikasihi oleh sahabatku sendiri. Maafkan aku meninggalkanmu lebih dahulu Bulan. Ini bukanlah keinginanku. Jelas, bukan keinginanku sama sekali. Maaf bila aku tak dapat membuatmu bahagia. Maaf bila kado Teddy Bear yang aku berikan tidak berarti bagimu. Aku harap kamu menyukai hadiah pemberian dariku ya Bulan. Aku berharap kamu menjaga hadiah itu dengan baik. Tekan tombol dekat pitanya bila kamu kangen aku. Aku sayang kamu Bulan. Sayang banget. I love you Bulan. Happy birthday to you my little angelJ

Sincerely,
Bintang       

          Bintang! Kenapasih lo gak jelasin semuanya dari awal. Kenapa? !Gue juga sayang lo Bintang. Sayang! Melebih sahabat. Bulan selalu bertanya kepada dirinya sendiri seakan-akan Bintang akan menjawab pertanyaanya. Air mata Bulan tak terbendung pada saat itu. Matanya yang sipit semakin tak terlihat. Wajahnya yang putih alami berubah menjadi memerah. Ia langsung mengambil boneka Teddy Bear yang Bintang berikan kepadanya dan menekan tombol yang ada. “Bintang sayang Bulan. Bintang cinta Bulan. I love you Bulan, heheh.” Ia menekan tombol itu berkali-kali selama seharian penuh. Ia sangat lelah menangis sampai-sampai ia tertidur.

*

            Hari-hari Bulan kembali normal. Gelak tawanya, senyuman manisnya pun kembali ia lontarkan. Teman-temannya pun merasa senang karena ia telah kembali seperti semula. Bulan duduk di balkon kamarnya sambil memeluk boneka pemberian Bintang. Ia memandang langit dan termenung. Ia kini tersadar, Bintang tak akan kembali seperti sedia kala. Bintang telah pergi ke tangan sang pencipta. Tetapi Bulan percaya, Bintang akan selalu bersamanya dimana pun ia berada. Seperti Bintang dan Bulan dilangit. Mereka akan selalu menghiasi langit malam yang muram menjadi lebih indah secara bersama-sama.

***
Tamat

2 komentar:

  1. Hai readers! Terimakasih karena telah membaca:D
    Duh ini adalah salah satu dari sekian banyak cerpen yang udah gue buat. Gue masih awam. Maaf kalo cerpennya gajelas hhehe. Comment kalian sangat membantu. Minta comment-nya ya heheh *bighug*

    BalasHapus
  2. NIH DI COMMENT!!!!!!!!!HHAHAHAHAHA

    BalasHapus