Bulan & Bintang
Oleh : Intan
Mutiasari
Bulan dan Bintang,
mengisi kekosongan di gelapnya langit malam. Menghiasi indahnya malam dengan
cahaya-nya yang terang menderang. Bulan dan Bintang, saling menemani satu sama
lain disetiap malam. Baik malam yang dipenuhi oleh jutaan cahaya bintang,
sampai langit mendung gelap gulita. Hingga dunia ini tidak berputar kembali.
*
“Bintaaaaaang, gue
nebeng dong.” sahut Bulan kepada Bintang dari kejauhan.
“Yaudah cepet naik.”
kata Bintang mengiyakan.
Rumah
Bintang yang letaknya berada disamping rumah Bulan, itulah penyebabnya mereka
bersahabat semenjak kanak-kanak. Berawal dari keluarga Bintang yang pindahan
dari kota lain, yang menempati rumah yang tepat berada disamping rumah Bulan.
“Eh masa ya, cowok
gue cuek banget. 3 tahun jadian dianterin pulangnya aja baru 15 kali. Kesel gak
sih?!” keluh Bulan kepada Bintang.
“Yailah diitungin
amat Lan. Daripada lo marah-marah gak jelas dan gak ada artinya mending kita
jalan.” ajak Bintang.
“Yah gak punya
uang gue.”
“Iyeee iyeee entar
gue traktiiiir. Gue ngerti kali mau lo apaaa.....”
“Asiiiiik!”
*
“Happy birthday Bulan. Happy birthday Bulan. Happy
birthday, happy birthday, happy birthday Bulaaaaaan. Happy Birthday
Bulan sayang, di umur kamu yang ke 16 ini, kamu semakin dewasa, lebih baik dari
sebelumnya. Langgeng sama aku ya. Aku sayang kamu Bulaaaaaan. Sayang
bangeeeettt. Love you. Maaf ya
aku gak bisa dateng kerumah kamu.” suara Rio di seberang telefon.
Rio,
pacar Bulan sedari ia duduk dibangku kelas 9. 2 tahun sudah hubungan mereka
terjalin. Memasuki sekolah Menengah Atas yang berbeda, semakin membuat mereka
jarang bertemu.
“Terima kasih
banyak Rio. Iya aku ngerti kok ehehehe. Aku sayang kamu banget. Miss you so
much. Love you too.”
Kalimat
itu sebagai kalimat penutup percakapan Bulan dengan Rio. Tak kuasa air mata
Bulan pun jatuh perlahan, mengusap senyum ceria Bulan. Mungkin pada malam itu,
langit malam merasakan apa yang Bulan rasakan. Bintang yang biasa bertaburan
pun hanya terlihat hanya satu, dua, bahkan tiga. Bulan yang biasanya bersinar
pun, tak terlihat di langit malam nan mendung itu.
‘Ttttrrrrrrrrtttt’
Terlalu
banyak getaran dari notification yang masuk ke Blackberry putih
milik Bulan, untuk mengucapkan selamat Ulangtahun.
“Lan, ke balkon yaaa.”
sebuah pesan masuk dari Blackberry Messenger-nya. Yang ternyata pesan
itu dari Bintang.
“Ayo Lan, gue di
genteng niiih.”
“Iya tunggu
yaaaaaaa" balas Bulan sambil berjalan menuju balkon kamarnya.
“Surprise!!!!
Happy birthday Bulaaaaaan!" teriak Bintang penuh semangat sambil membawa
boneka Teddy Bear yang berukuran sebesar dirinya sambil kerepotan.
“Ya ampun Bintang.
Makasih banyak yaaaaaa. Heheh.” balas Bulan dengan senyum lesu dari bibir
kecilnya.
“Bulan lo kenapa?
Kok mata lo sembab gitusih?”
“Ya biasa si Rio
gak pernah dateng dan ngasih surprise ke gue selama pacaran. Dia terlalu sibuk
ya mungkin. Hahahaha.”
“Yaudah sih lupain
aja. Nih boneka buat lu. Jangan dibuka suratnya yaa, sampai kondisi yang
mendesak, hehehe.”
“Hahahaha, makasih
banyak yaaa Bintang. Iyaaa-iyaaa. Best
friend selalu deh kita. Sampai ajal menjemput satu sama lain ahahahah.”
Senyum
Bulan yang hampir sirna itupun muncul kembali.
*
‘Trrrrrttttttttt’
getaran dari Blackberry milik Bulan. Sebuah
pesan Blackberry Messenger dari Rio pun masuk.
“Lan, nanti malem
aku kerumah kamu yah. Aku mau ngajak kamu makan malem hehehe.”
Tak
menyadari tingkah lakunya, pipi Bulan pun merah merona dan tersenyum kecil.
‘Trrrrtttttt’
“Lan gak sibuk kan
kamu entar malem?” tanya Rio kembali.
“Enggak kok Rio.
Aku tunggu yaaaa....” balas Bulan senang hati.
*
Mentari
pun telah hilang, selamat datang kegelapan. Apa yang Bulan tunggu pun datang
juga. Setelah menunggu hampir setengah jam diteras rumahnya, sebuah mobil sedan
berwarna silver pun datang menghampiri dirinya tepat didepan rumahnya. Dibalik
kaca mobil itu terdapat seseorang yang seakan-akan mengisyaratkan agar Bulan
masuk ke mobil itu.
“Ulaaan, maafin
aku ya soalnya aku lama ehehehe.” ujar Rio.
“Iya gapapa kok.”
“By the way, Happy birthday ya Bulan.
Kamu tetap selalu bersinar kok dihatikuuuu....”
“Ahahahah Rio
emang paling bisa deh kamu. Makasih Rio-kuuu.”
“Hahahahah iyaa.”
*
Hari kian malam, taburan bintang di
langit semakin banyak dan terang. Bulan sabit pun melengkungkan senyuman
terbaiknya. Lukisan di langit malam yang indah.
“Eheheheh seneng
gak kamu hari ini?” tanya Rio pada Bulan.
“Seneng bangettt
Iyo, kapan-kapan lagi yah hahahah.”
“Iyaaa-iyaaa, ohiya
ini kado buat kamu. Kado kecil tapi bisa kamu inget selalu.” mengeluarkan
sebuah kotak kecil dari balik jaketnya.
“Nih buat kamu,
pakai yaaa.” tambah Rio sambil menjulurkan hadiah kepada Bulan.
“Wah.............
bagus banget makasih banyak ya Rio.” ucap Bulan dengan terkejut yang tak
tersadar ia mencium pipi Rio.
“Eheheh. Biar kamu
bisa inget aku terus. Maaf ya aku selalu bikin kamu sedih.”
“Ah enggak kok,
siapa yang bilang coba. Terimakasih banyak ya Iyoo buat hari ini. Love you.”
“Iya love you more Ulaaaan.”
*
“Lan kemaren
seharian kemana aja? Kok lu gak dateng sih ke acara 40 harian si Bintang?
Padahal kan rumah kalian samping-sampingan.” tanya Lusy kebingungan, Lusy
adalah salah satu teman sekalasnya Bulan.
“Hah? Sejak kapan
Bintang meninggal? Kok gue gak tau?”
“Lan.......wake up! Bintang itu udah meninggal dari sebulan yang lalu! Galau lo itu gak boleh
berlarut-larut! Gue tau pasti rasanya sakit kan di selingkuhin? Secara lo udah
hampir 3tahun pacaran sama Rio. Tapi lo gaboleh gini terus! Jangan buat rasa
kesedihan lo itu buat lo jadi gak waras. Dan sekarang lo udah mulai gak waras
Lan!” ucap Lusy yang sudah tak tahan dengan semua tingkah laku Bulan yang
langsung meninggalkan Bulan sendirian di Balkon depan kelas.
*
Bulan
tak tau apa yang telah ia lakukan selama ini. Ia menghiraukan semua orang-orang
disekitarnya yang menyayangi dirinya dengan tulus. Sampai-sampai ia melupakan
sahabatnya sendiri. Ia terdiam sejenak. Ia terus berfikir, berfikir dan
memikirkannya seharian penuh. Gue itu
bodoh banget. Gumamnya. Kali ini bulan sabit, tak lagi melengkungkan
senyuman terbaiknya. Tak ada benda langit yang menghiasi malam itu.
*
Akhir-akhir
ini wajah Bulan yang sering terlihat berbinar-binar pun pudar. Tak ada lagi
gelak tawa, senyuman manisnya, semuanya hilang. Ia lebih senang menyendiri dan
terdiam. Ia hanya menjawab apa yang teman-temannya tanyakan. Tak seperti biasa,
Bulan pulang kerumah lebih awal.
*
Kemana
ya surat dari Bintang? Ia bertanya-tanya kepada hati kecilnya. Oh akhirnya kutemukan surat ini. Perlahan
ia membuka surat yang diberikan Bintang kepada Bulan pada ulangtahun Bulan yang
lalu.
Dear Bulan,
Happy birthday ya Bulan. Semoga lo suka ya
dengan kado yang gue kasih buat lu hehhe. Bulan, kamulah sahabat terbaik ku.
Emm sekarang aku kamu aja ya heheheh. Awalnya perasaan ini tak ada. Akan tetapi
aku tak bisa menutupinya lebih lama lagi. Karena perasaan ini seakan-akan
membuat ku tak dapat bernapas bila ku tahan ini lebih lama lagi. Sepandai-pandainya
orang menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga baunya. Bulan aku suka
kamu, akan tetapi aku sadar, Rio lah segalanya untukmu. Bulan, aku sayang kamu,
tapi aku yakin Kamu lebih sayang Rio daripada aku. Karena Rio-lah pacarmu.
Bukan aku. Dan aku yakin, menurutmu kita hanya teman. Bukan lebih. Bulan, kata
dokter hidupku tak akan lama lagi. Aku memiliki penyakit jantung yang tak dapat
dijelaskan dokter. Aku takut bilang ini padamu karena aku tak mau dikasihi oleh
sahabatku sendiri. Maafkan aku meninggalkanmu lebih dahulu Bulan. Ini bukanlah
keinginanku. Jelas, bukan keinginanku sama sekali. Maaf bila aku tak dapat
membuatmu bahagia. Maaf bila kado Teddy Bear yang aku berikan tidak berarti
bagimu. Aku harap kamu menyukai hadiah pemberian dariku ya Bulan. Aku berharap
kamu menjaga hadiah itu dengan baik. Tekan tombol dekat pitanya bila kamu
kangen aku. Aku sayang kamu Bulan. Sayang banget. I love you Bulan. Happy birthday
to you my little angelJ
Sincerely,
Bintang
Bintang! Kenapasih lo gak jelasin semuanya dari awal. Kenapa?
!Gue juga sayang lo Bintang. Sayang! Melebih sahabat. Bulan selalu
bertanya kepada dirinya sendiri seakan-akan Bintang akan menjawab pertanyaanya.
Air mata Bulan tak terbendung pada saat itu. Matanya yang sipit semakin tak
terlihat. Wajahnya yang putih alami berubah menjadi memerah. Ia langsung
mengambil boneka Teddy Bear yang
Bintang berikan kepadanya dan menekan tombol yang ada. “Bintang sayang Bulan.
Bintang cinta Bulan. I love you
Bulan, heheh.” Ia menekan tombol itu berkali-kali selama seharian penuh. Ia sangat
lelah menangis sampai-sampai ia tertidur.
*
Hari-hari
Bulan kembali normal. Gelak tawanya, senyuman manisnya pun kembali ia
lontarkan. Teman-temannya pun merasa senang karena ia telah kembali seperti semula.
Bulan duduk di balkon kamarnya sambil memeluk boneka pemberian Bintang. Ia memandang
langit dan termenung. Ia kini tersadar, Bintang tak akan kembali seperti sedia
kala. Bintang telah pergi ke tangan sang pencipta. Tetapi Bulan percaya,
Bintang akan selalu bersamanya dimana pun ia berada. Seperti Bintang dan Bulan
dilangit. Mereka akan selalu menghiasi langit malam yang muram menjadi lebih
indah secara bersama-sama.
***
Tamat
Hai readers! Terimakasih karena telah membaca:D
BalasHapusDuh ini adalah salah satu dari sekian banyak cerpen yang udah gue buat. Gue masih awam. Maaf kalo cerpennya gajelas hhehe. Comment kalian sangat membantu. Minta comment-nya ya heheh *bighug*
NIH DI COMMENT!!!!!!!!!HHAHAHAHAHA
BalasHapus